1. Pengertian
Etika
Etika
dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Pengertian
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos”
dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama
pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu
moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika
adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
2. Prinsip-prinsip
Etika
Berdasarkan
buku yang berjudul “The Great Ideas “ yang diterbitkan pada tahun 1952,dalam
buku tersebut diringkas menjadi 6 prinsip dan merupakan landasan prinsipil dari
etika. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a.
Prinsip
keindahan
Prinsip
ini didasari pada rasa senang terhadap
keindahan,ada yang mengatakan bahwa hidup dan kehidupan manusia itu adalah
keindahan.Maka dari itu etika manusia berkaiatan atau mencakup nilai-nilai
keindahan.oleh karena itu kita sebagai manusia memerlukan penampilan yang
serasi dan indah atau enak dipandang mata dalam berpakaian,dan menggunakannya
pada waktu yang tepat,bukankah tidak etis bila seseorang memakai gaun kekantor
atau tidak memakai sepatu kekantor bahkan tidak sepatutnya seseorang menghadapi
tamunya dengan menggunakan pakaian tidur.
b.
Prinsip persamaan
Menghendaki
adanya persamaan antara manusia yang satu dengan yang lain merupakan hakekat
kemanusiaan.Setiap manusia yang dilahirkan kebumi masing-masing memiliki hak
dan kewajiban,pada dasarnya manusia
memiliki derajat yang sama dengan manusia lainnya. Konsekuensi dari
ajaran persamaan ras menuntut persamaan
diantara beraneka ragam etnis,watak,karakter atau pandangan hidup yang
berbeda-beda.Begitu banyak keragaman etnis namun kedudukan sebagai suatu
kelompok masyarakat adalah sama.Allah juga telah menciptakan manusia dengan
jenis kelaminyang berbeda ada pria dan wanita,begtu juga dengn bentuk fisiknya
sangat berbeda,tapi secara hakiki keduanya membutuhkan persamaan dan pengakuan
atas hak asasi mereka dan kedudukan dihadapan Allah adalah sama.Etika yang
dilandasi oleh pinsip persamaan(equality) dapat menghilangkan prilaku
diskriminatif,yang membeda-bedakan dalam aspek interaksi manusia.
c.
Prinsip
kebaikan
Pada
umumnya kebaikan berarti sifat dari sesuatu yang mengakibatkan pujian.Perkataan
yang baik mengadung sifat seperti persetujuan,pujian,keunggulan,kekaguman,atau
ketetapan,makanya prinsip kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan
cinta,misalnya jika kita menginginkan kebaikan dari suatu ilmu pengetahuan maka
kita akan mengandalkan obyektivitas ilmiah, pengetahuan,rasionalis, maka yang
diperlukan adalah sikap sadar hukum. Jadi prinsip kebaikan adalah prinsip
universal.
d.
Prinsip keadilan
Keadilan
adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa
yang semestinya.
e.
Prinsip
kebebasan
Kebebasan
muncul dari doktrin bahwa setiap orang memiliki hidupnya sendiri serta memiliki
hak untuk bertindak menurut pilihannya sendiri,kecuali jika pilihan tersebut
melanggar kebebasan dari orang lain.kebebasan manusia adalah kemampuan untuk
menentukan sendiri,kesanggupan untuk mempertanggung jawabkan
perbuatannya,syarat yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan pilihan-pilihannya
beserta kosekuensi dari pilihan itu sendiri.Oleh karena itu tidak ada kebebasan
tanpa tanggung jawab dan tidak ada tanggung jawab tanpa kebebasan.semakin besar
kebebasan yang kita miliki semakin besar pula tanggung jawab yang kita pikul.
f.
Pinsip
kebenaran
Ide
kebenaran sering kita pakai dalam pembicaraan mengenai logika ilmiah,sehingga
kita mengenal kriteria kebenaran dalam berbagai ilmu,contoh matematika ,tapi
ada juga kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan keyakinan,bukan dengan
fakta yang ditelaah oleh teologi dan ilmuagama.Kebenaran harus dapat
ditunjukkan dan dibuktikan agar masyarakat merasa yakin dengan kebenaran.
3. Basis Teori
Etika
1. Etika
Teleologi
dari kata
Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua
aliran etika teleologi :
– Egoisme
Etis
–
Utilitarianisme
Egoisme
Etis
Inti
pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.Satu-satunya
tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan
memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia
cenderung menjadihedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
Contoh :
seorang manager perusahaan ingin melakukan pengembangan system terhadap
perusahaannya namun sang manager tidak mau mendengarkan pendapat
karyawan-karyawan yang memberikan informasi penting untuk mengembangkan system
perusahaan tersebut, manager tersebut hanya ingin melakukan sesuatu tanpa
memikirkan pendapat bawahannya sehingga system yang dikembangkan oleh sang
manajer menjadi kurang maksimal atau mungkin bahkan berdampak buruk terhadap
perusahaan.
Utilitarianisme
berasal
dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam
rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan
terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Contoh :
seorang pemimpin daerah yang ingin memajukan daerahnya menjadi daerah wisata.
Pemimpin daaerah tersebut meminta pendapat kepada masyarakatnya dan mengajak
masyarakat untuk bekerja sama dalam memajukan daerahnya. Keputusan atau
perbuatan tersebut dapat membawa manfaat bagi masyarakat ataupun daerah itu
sendiri yaitu menjadikan daerah itu banyak dikunjungi oleh wisatawan dan dapat
juga menaikan pendapatan perdaerahnya.
2.
Deontologi
Istilah
deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.‘Mengapa
perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi
menjawab:‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan
kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan
juga salah satu teori etika yang terpenting.
3. Teori
Hak
Dalam
pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena
berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang
sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
.
4. Teori
Keutamaan (Virtue)
memandang
sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu
adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan
sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Contoh
keutamaan :
a.
Kebijaksanaan
b.
Keadilan
c. Suka
bekerja keras
d. Hidup
yang baik
4. Egoisme
Egoisme
merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya
menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu
tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang
dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah
“egois”. Lawan dari egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan
bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra
pribadi seseorang dan pentingnya – intelektual, fisik, sosial dan lainnya.
Egoisme ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak
pada umunya dan hanya memikirkan diri sendiri. Egois ini
memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas dari ‘Aku adalah’:. Kualitas
pribadi mereka Egotisme berarti menempatkan diri pada inti dunia seseorang
tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk yang dicintai atau dianggap
sebagai “dekat,” dalam lain hal kecuali yang ditetapkan oleh egois itu. Teori
eogisme atau egotisme diungkapkan oleh Friedrich Wilhelm Nietche yang merupakan
pengkritik keras utilitarianisme dan juga kuat menentang teori Kemoralan
Sosial. Teori egoisme berprinsip bahwa setiap orang harus bersifat keakuan,
yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan memberikan manfaat kepada diri sendiri.
Selain itu, setiap perbuatan yang memberikan keuntungan merupakan perbuatan
yang baik dan satu perbuatan yang buruk jika merugikan diri sendiri. Kata
“egoisme” merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yakni ego, yang
berasal dari kata Yunani kuno – yang masih digunakan dalam bahasa Yunani modern
– ego (εγώ) yang berarti “diri” atau “Saya”, dan-isme, digunakan untuk
menunjukkan sistem kepercayaannya. Dengan demikian, istilah ini secara etimologis
berhubungan sangat erat dengan egoisme filosofis.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar